Tiba-tiba pintu kelas dibuka dan seorang murid baru masuk ke dalam kelas. Dia adalah seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dengan rambut pirang dan mata biru yang tajam. Dia terlihat sedikit canggung saat dia berjalan menuju meja yang kosong di dekat jendela.
"Salam kenal, nama saya Adam," kata murid baru itu kepada seluruh kelas.
Semua murid menyapa Adam dengan hangat dan senyum, tetapi beberapa murid yang duduk di belakang tidak terlalu bersemangat menyambutnya. Mereka memandangnya dengan tatapan sinis dan berkata-kata di belakang punggungnya.
"Apa yang membuatmu terlambat?" tanya guru di depan kelas.
"Maaf, saya tersesat," jawab Adam dengan malu-malu.
Guru menghela nafas, lalu berkata, "Baiklah, duduklah di sana. Mari kita lanjutkan pelajaran kita."
Adam duduk dan mencoba untuk fokus pada pelajaran, tetapi dia merasa sedikit tidak nyaman. Dia merasa seperti orang asing di lingkungan yang baru.
Setelah pelajaran selesai, Adam bergegas untuk meninggalkan kelas. Dia ingin menghindari tatapan sinis dari beberapa murid di belakangnya.
Namun, saat dia berjalan keluar kelas, dia melihat seorang siswa baru lagi yang juga berjalan masuk ke dalam kelas. Anak itu adalah seorang gadis berusia 11 tahun dengan rambut coklat dan mata hijau yang cerah.
"Salam kenal, nama saya Lisa," kata gadis itu kepada Adam.
Adam tersenyum, terkejut dengan tindakan gadis itu. Dia merasa sedikit lebih baik ketika dia menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam lingkungan yang baru.
"Salam kenal, saya Adam," jawab Adam.
Lisa melihat bahwa Adam terlihat agak tidak nyaman. Dia bertanya, "Apakah semuanya baik-baik saja?"
Adam menghela nafas, lalu mengatakan kepada Lisa tentang beberapa masalah yang dia hadapi sejak masuk ke sekolah baru. Lisa mendengarkan dengan penuh perhatian, dan kemudian mengajak Adam untuk bergabung dengan kelompok kecilnya. Dia mengenalkan Adam pada beberapa temannya yang lain dan mereka semua berbicara dengan Adam dengan ramah.
Hari berikutnya, Adam merasa lebih nyaman di sekolah baru. Dia bahkan mulai merasa lebih percaya diri dan berpartisipasi dalam kelas. Namun, saat istirahat siang, dia melihat seorang anak laki-laki lain yang sedang dikerumuni oleh beberapa anak laki-laki yang lebih besar.
Adam mendekati anak laki-laki itu dan bertanya apa yang terjadi. Anak itu menjawab bahwa dia kehilangan uang saku dan beberapa anak laki-laki yang lebih besar sedang mencari-cari uang saku itu. Adam merasa tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi dia tidak ingin melihat anak itu disakiti oleh anak-anak yang lebih besar itu.
Dia berjalan ke arah anak-anak yang lebih besar itu dan berkata, "Hai, apa yang kalian lakukan ?"
Anak-anak yang lebih besar itu menoleh dan melihat Adam. Mereka memandanginya dengan sinis dan meremehkan keberanian Adam.
"Kami mencari uang saku," jawab salah satu dari mereka.
Adam mengangkat bahunya, "Saya tidak tahu apa yang terjadi, tetapi saya percaya bahwa mencuri uang saku orang lain tidak benar."
Anak-anak yang lebih besar itu tertawa dan berbicara di antara mereka sendiri, meremehkan keberanian Adam. Namun, tanpa disadari oleh mereka, beberapa siswa lain telah berkumpul di sekitar mereka, dan mereka mendengarkan percakapan tersebut.
Lisa, yang juga berada di antara siswa yang berkumpul, berkata, "Adam benar. Mencuri uang saku orang lain tidak benar."
Anak-anak yang lebih besar itu terkejut dan mulai merasa tidak nyaman. Mereka melihat bahwa mereka tidak memiliki dukungan dari siswa lainnya.
Akhirnya, salah satu dari mereka menyerahkan uang saku yang mereka temukan dan meminta maaf kepada anak laki-laki yang kehilangan uang saku itu. Mereka kemudian pergi dari tempat tersebut dengan malu.
Adam, Lisa, dan siswa lainnya tersenyum satu sama lain. Mereka merasa bangga atas keberanian mereka untuk mengambil tindakan yang benar.
Dari hari itu, Adam merasa lebih percaya diri dan bahagia di sekolah barunya. Dia menyadari bahwa menjadi pahlawan tidak selalu berarti melakukan sesuatu yang luar biasa, tetapi juga bisa dilakukan dengan tindakan kecil seperti membantu teman, menghargai perbedaan, dan memilih untuk berbuat benar.
Dia juga menyadari bahwa hidup berdampingan dengan orang yang berbeda tidak selalu mudah, tetapi itu adalah hal yang penting untuk dipelajari. Dengan memahami perbedaan satu sama lain dan saling menghargai, kita dapat hidup damai dan bahagia bersama-sama.